Rabu, 06 Oktober 2010

Ada seorang wanita buta. Semua orang membenci dia, kecuali kekasihnya. Wanita itu selalu berkata, “Saya akan menikahimu saat saya bisa melihat.” Suatu hari, ada orang mendermakan mata kepada wanita itu. Akhirnya wanita itu dapat melihat.

Dengan segera, dia pergi menemui kekasihnya. Tetapi, ketika dia melihat kekasihnya, dia merasa sungguh terkejut karena kekasihnya juga buta.

Kekasihnya bertanya, “Sudikah kamu menikah denganku sekarang?” Tanpa sebuah alasan, wanita itu menolak. Kekasihnyapun tersenyum dan berlalu pergi sambil berkata. “Tolong jaga mata saya baik-baik…”

Diambil dari sebuah novel "SAHABAT"

Aku tidak pernah berpikir kalau hidupku masih bisa bernafas setelah kecelakaan tabrakan mobil yang membuatku koma selama 1 bulan lamanya. Istriku Angel berkata padaku, bahwa Tuhan masih sangat mencintaiku sehingga ia memberikan aku satu kehidupan baru dalam hidupku. Selama proses pemulihan aku hanya bisa duduk terbaring di kursi roda untuk melakukan aktifitas, sebagai anak tunggal satu-satunya dalam keluargaku, ayah dan ibu sangat mencintaiku.

Hidupku terlahir dengan kekayaan berlimpah, istriku cantik dan sejak kecil aku terbiasa dimanjakan sebagai anak orang kaya. Aku bersekolah di Australia saat lulus dari SMA dari Jakarta, menjadi orang kaya tidak membuatku dapat memiliki sahabat karena sifatku yang pendiam terlebih kata ibu sejak kecil aku mempunyai jantung yang lemah. Tidak heran mereka selalu mencemaskan keadaanku yang tidak pernah aku pikirkan, lucunya aku baru tau jantungku membusuk saat kecelakaan itu terjadi.

Aku duduk di teras rumahku yang menghadap ke laut Jawa dan memilih tempat itu sebagai masa penyembuhan dan rehabitasiku. Istriku sedang membuatkan aku segelas susu dan aku tanpa sengaja melihat sebuah buku novel tergeletak di meja teras, mungkin saja istriku baru membacanya dan menaruhnya disana. Aku membuka lembaran itu dan terselip sebuah foto antara aku, istri dan seorang sahabat yang telah lupa dalam ingatanku bernama Fernando.

Bukankah ini foto saat kami berada di Australia, Fernando berkerja sebagai pelayan kafe dan saat itu aku, istriku dan dia berfoto bersama saat berdiskusi. Istriku datang dan menghampiriku sembari meletakkan segelas susu di meja.

“ Mengapa foto ini ada disini sayang?” tanyaku
Istriku terkejut, mungkin karena ia takut gambar itu membuat aku teringat masa lalu.
“ Maaf aku tidak sengaja menemukan novel itu dari kiriman pos seseorang dan ketika membukanya terdapat foto kita semasa kuliah.”
Aku terdiam, istriku langsung seperti salah tingkah.
“ Ngomong-ngomong sekarang dimana Fernando, bukannya terakhir kita masih melihatnya saat bulan madu di Perth?”

Istriku terdiam, suara telepon tiba-tiba berdering dan dia langsung meminta izin untuk mengangkat. Aku hanya bisa mengenang foto kenangan itu, Fernando adalah sahabat pertama yang menjadi temanku saat aku nyaris mati karena kedinginan terserang hujan deras, ia bukan laki-laki beruntung seperti hidupku. Bahkan untuk menyambung hidupnya ia harus bekerja sebagai pelayan restoran, aku berterima kasih padanya karena berkatnya aku masih bisa hidup sampai detik ini.

Berkatnya juga aku bisa mengenal istri yang kucintai saat ini, persahabatan kami baik-baik saja hingga sebuah tragedi terjadi dalam hidup kami. Suatu ketika semua orang mempergunjing aku di kampus dan mengatakan aku seorang gay karena terlalu dekat dengan Fernando. Terang saja aku marah, kami normal dan dekat karena dialah satu-satunya sahabatku di Australia dan aku bahkan rela menghajar orang-orang yag menjelek-jelekkan sahabatku itu. Tapi pertanyaan it u terus menghantuiku, sebagian dari sahabatku memang pernah berbisik kalau sahabatku itu gay tapi Angel tidak pernah mengatakan begitu walaupun mereka sudah mengenal sebelum hadirnya aku.

Tapi hidup memang pahit, di mataku sendiri Fernando berciuman dengan sesama pasangan gay-nya. Aku hancur dan malu memiliki sahabat seperti dia, ada yang aneh ketika melihatnya berbuat demikian. Sidney memang kota bebas bagi gay, tapi tidak buat aku. Aku melupakan semua kebaikan yang pernah dia berikan padaku, jijik rasanya aku melihat monster itu hidup bersamaku selama ini. Aku tau Fernando melihatku memergokinnya saat itu, ia panik dan meminta maaf karena selama ini tidak jujur dengan statusnya, hal terakhir yang kudengar dari mulutnya adalah

“ Aku mungkin gay, tapi aku bukanlah monster yang ada disampingmu selama ini. Bagiku siapapun boleh menganggap aku manusia hina tapi janganlah kau sahabatku, karena kaulah satu-satunya sahabat dalam hidupku yang yatim piatu tanpa siapapun”

Aku tidak tergoda oleh kalimat itu walau terasa menyedihkan, kutinggalkan Sidney saat itu juga dengan membawa Angel pindah ke Perth. Aku tau Angel ingin menyarankan aku untuk menerima kenyataan tapi hatiku membeku dan tidak sudi memiliki sahabat gay dan menjijikkan seperti dia. Sejak saat itu aku tidak pernah melihatnya seperti yang aku katakan sebelumnya kami kembali bertemu saat aku sedang berbulan madu bersama istriku tepatnya 3 tahun setelah kami berpacaran di sebuah restoran mewah ketika Fernando mulai menjadi koki di restorant itu.

Aku sadar ini saat terakhir aku berjumpa dengannya, karena aku akan kembali ke Jakarta. Saran istriku padaku untuk setidaknya mengucapkan kata perpisahan dengannya aku turuti, aku pun mengundangnya minum kopi bersama sebagai sahabat lama walaupun di hatiku tidak pernah mau memaafkan statusnya sebagai gay. Kami bicara seadanya tentang hidup kami , dia mengucapkan selamat atas pernikahan kami. Dan kami pun berpisah, ketika pulang aku tidak mengingat semuanya selain sebuah mobil menabrakku dan aku pun koma hingga tidak sempat mengingat Fernando.

Istriku kembali, dengan wajah sedikit senduh dia duduk di sampingku.

“ Sayang, sebenarnya apa yang kamu pikirkan tentang foto itu”
“ Tidak ada selain pertanyaan ke mana Fernando saat ini?”

Istriku menunduk sambil berkata “ Dia ada disini..”. Aku menjadi bingung,
“ Maksudmu apa?”
“ Fernando tidak akan pernah ada di dunia ini lagi, tapi dia akan selalu ada di sini, tepatnya di jantung yang kamu miliki saat ini.”
“ Aku tidak mengerti maksudmu?”

Istriku menangis sambil bercerita, di saat-saat terakhir usai kecelakaan terjadi. Orang yang membawaku ke rumah sakit adalah Fernando, Dokter mengatakan bahwa jantungku sudah tidak berfungsi. Aku hanya memiliki waktu sedikit untuk tetap hidup dan dokter menyarankan Fernando mencari donor jantung. Istriku Angel begitu terkejut dengan berita kecelakaan itu, ia menangis di samping Fernando. Tidak mungkin mencari jantung yang tepat dalam waktu saat kondisi kritis seperti ini.

" Fernando, sebentar lagi Anthony akan menjadi seorang ayah, aku tidak lagi sanggup hidup bila bayi dalam kandunganku ini tidak memiliki ayah.." ujar Angel.

Fernando tersenyum dan berkata

“ Percayalah kalau Anthony ( namaku) akan tetap hidup di samping kamu untuk selamanya”

Itulah kata-kata terakhir dari istriku, Fernando mendekat pada dokter dan berkata ia mau mendonorkan jantungnya padaku. Dokter terang saja menolak keinginan Fernado karena tidak ada hukum yang mengizinkan orang sehat untuk berbuat demikian. Fernando tidak putus asa, baginya hidupnya yang sebatang kara tidak akan memiliki masa depan terlebih tak akan ada seorang pun yang peduli padanya. Ia dengar kalau hanya orang yang sekarat boleh mendonorkan dirinya, sahabatku melakukan tindakan bodoh.

Sesaat sebelum kematiannya ia menelepon Dokter dan mengatakan bahwa seseorang donor yang bersedia menyumbangkan jantungnya. Dokter bertanya siapa orang itu, dengan tersenyum dibalik telepon Fernando berkata “ Saya menunggu anda di belakang rumah sakit, jantung ini hanya bisa bertahan selama beberapa saat, saya mohon dokter kemarilah dalam waktu 10 menit.” Dengan berani Fernando menabrakkan dirinya pada sebuah truk yang lewat, dia mengorbankan dirinya untuk menjadi donor dalam keadan sekarat.

Angel menerima kabar itu usai operasiku berjalan lancar saat itu ia hendak bertanya sosok donor yang menyumbangkan jantungnya dan berpikir untuk mengucapkan terima kasih pada keluarga, dokter mengatakan sang donor adalah Fernando. Angel tidak mungkin mengatakan kejadian itu padaku, ia hanya ingin menunggu saat yang tepat dan saat inilah aku tau. Aku hanya bisa menangis di atas makam sahabatku. Entah bertapa bodohnya aku tidak pernah mengerti arti sahabat dalam kehidupanku. Kalau saja saat itu aku memaafkan apa yang terjadi mungkin tidak akan ada penyesalan dalam hidupku.

“ Dia sahabat yang tidak hanya menolong hidupku satu kali tapi dua kali, bukanlah dia yang seharusnya meminta maaf tapi akulah yang meminta maaf tidak pernah mengerti bertapa dia adalah sahabat sejati dalam hidupku, aku terlalu egois mengatakan bahwa dia gay dan dia adalah petaka dalam hidupku. Mungkin kata dia terakhir padaku tidak akan pernah terlupa dalam ingatanku, ia memang gay tapi ia bukanlah monster yang akan mencintai sahabatnya sendiri.”

Aku tidak akan pernah melupakan hal ini, walaupun hidupku berjalan dengan waktu, semoga kisahku tidak membuat kalian menjadi seperti aku. Ingatlah sahabat itu hadir dalam hidup kita tanpa pernah kita sadari bahwa sejatinya tidak ada manusia yang sempurna dalam hidup ini. anakku terlahir beberapa bulan kemudian dan untuk mengenang sahabatku, keberikan nama Fernando padanya.

Gay, lesbi , pria buta, wanita bisu mereka adalah manusia yang memiliki hati untuk mencintai dan kasih dalam persahabatan. Setidaknya kita menyadari saat ini sebelum terlambat.

"teguran dari ALLOH"


Ada Sebuah Riwayat Nih:

Teguran Dari Allah
Di jaman Rasulullah ada sebuah riwayat, yang menceritakan tentang agungnya ampunan Allah terhadap dosa seorang anak muda yang teramat keji. Sampai - sampai Rasulullah amat murka mendengar perbuatannya.
Pada suatu ketika Umar bin Khathab menjumpai Rasulullah dengan raut muka yang nampak begitu sedih. Rasulullah heran, lalu beliau bertanya;
"Sahabatku, apa yang menyebabkan dirimu kelihatan sedih?"
"Didepan pintu rumah saya duduk seorang anak muda yang sedang menangis memilukan. Begitu sedih tangisannya, sehingga hati saya trenyuh dan perasaan saya terasa ikut terbawa," jawab Umar.
"Coba kau hadapkan dia padaku," perintah Rasulullah.
Kemudian Umar bin Khathab pulang ke rumah dan membawa anak muda itu menghadap Rasulullah. Dalam perjalanan hingga di hadapan Nabi, anak muda itu masih tetap menangis dengan sedihnya.
"Anak muda,apakah kau merasa putus asa hingga menangis begitu sedih? Padahal masa depanmu masih panjang," tanya Rasulullah.
"Tangis saya adalah tangisan rasa penyesala dan menanggung dosa karena perbuatan saya," jawab anak muda itu sambil tertunduk. "Begitu besar dosa saya kepada Tuhan, dan saya takut akan murka-Nya, serta murka utusan-Nya,"
Rasulullah terdiam sejenak.
"Apakah kau telah berbuat yang menyekutukan Tuhan dengan yang lain?" tanya Rasululah kemudian.
"Tidak" jawab anak muda itu.
"Apakah kau telah membunuh seseorang?" tanya Rasulullah lagi.
Anak muda itu menggelengkan kepalanya.
"Kalau demikian Allah akan mengampunimu, meskipun dosamu besarny memenuhi tujuh lapis langit dan tujuh lapis bumi," kata Rasulullah memberi harapan.
Pemuda itu tercenung, kemudian berkata;
"Dosa saya lebih besar dari tujuh lapis langit dan gunung - gunung yang tinggi."
Apakah dosamu lebih besar dari kursi Allah yang suci?" kembali Rasulullah bertanya.
"Dosa saya yang lebih besar," jawab pemuda itu pasti.
"Dibanding Arsy Allah,apakah dosamu lebih besar ?"
"Saya yakin dosa saya lebih besar." pemuda itu kembali menangis tersedu - sedu.
"Apakah dosamu juga lebih besar dari Allah dan kasih sayang-Nya?"
Pemuda itu terdiam, berpikir sejenak, kemudian berkata;
"Tentu saja Allah yang lebih besar beserta kasih sayang-Nya."
"Kalau begitu, coba kau ceritakan tentang perbuatanmu yang kau anggap berdosa demikian besar," pinta Rasulullah.
"Saya malu kepadamu, Rasulullah," jawab pemuda itu dengan terisak.
"Kenapa harus malu kepadaku ? Ceritakanlah padaku."
Perlahan - perlahan pemuda itu mengangkat wajahnya, dan dengan suara perlahan ia mulai bercerita:
"Rasulullah......., sejak berumur tujuh tahun pekerjaanku adalah membongkar kuburan orang - orang yang baru meninggal dan mencuri kain kafannya. Suatu hari ada seorang gadis yang meninggal dunia. Begitu selesai dimakamkan, dan ketika kuburan nampak sepi, kubongkar kuburannya, kemudian kulepas kain kafannya. Gadis yang baru meninggal itu sangat cantik, masih perawan."
"Melihat kemolekan tubuh gadis itu, saya tergoda oleh nafsu birahi karena bujukan syaitan, dan akhirnya mayat gadis itu saya setubuhi. Disaat saya melakukan perbuatan terkutuk itu, seolah - olah terdengar suara dan tangis gadis itu menjerit yang mengoyak jantung saya!"
"Apakah engkau tidak malu dan takut kepada pengadilan Allah pada hari ketika hak orang teraniaya dituntutkan atas penganiayaannya ? Betapa kejam hatimu, membiarkan aku telanjang bulat di tengah lingkungan orang mati. Dan kau buat aku menanggung junub di hadapan Allah. Padahal sebelumnya aku telah dimandikan dan disembayangkan, demikian suara itu terdengar olehku, ya Rasulullah."
"Itulah dosa besar yang telah kulakukan. Sejak saat itu aku merasa selalu dikejar - kejar oleh dosa. Aku menangis meratapi penyesalanku hingga sekarang."
Mendengar cerita perbuatan pemuda itu, Rasulullah menjadi sangat marah. Beliau bangkit dari tempat dudukny. Sambil membalikkan wajahnya dihardiknya pemuda itu;
"Hai, pemuda fasik ! Pergilah kau dari hadapanku. Tak ada balasan yang setimpal dengan perbuatanmu kecuali neraka !"
Mendengar ucapan Rasulullah yang mengusir dirinya pemuda itu keluar dengan terhuyung - huyung seraya meratap. Ia berjalan mondar - mandir di tengah padang pasir, tujuh hari tujuh malam ia tidak makan dan minum serta tidur. Kadang mukanya ditelungkupkan terus menerus, bersujud di atas pasir. Baik siang hari yang panas, maupun tatkala malam hari dengan hawanya yang dingin membekukan padang pasir. Dia menangis dan mengadu.
"Ya, Allah, saya adalah seorang hamba yang bersalah besar dan sangat berdosa. Hamba telah datang ke pintu rumah utusan-Mu, dengan harapan agar beliau sudi memberi safaat kepada hamba di hadapan-Mu. Namun begitu mendengar betapa kejinya dosa - dosa hamba, beliau berpaling dan mengusirku. Kini hamba datang menghadap-Mu, ya Allah. Hamba mengetuk pintu-Mu, agar Engkau mau mengampuni dosa dan menerima tobat hamba. Hamba tidak putus harapan, karena Engkaulah Maha Pengasih dan Maha Penyayang. Andai kata Engkau tidak sudi memberikan ampunan-Mu, maka turunkanlah api-Mu itu di dunia sebelum membakar hamba di akhirat nanti."
Allah Maha Mendengar, karena ratapan anak muda itu bersungguh - sungguh. Allah mengutus Malaikat Jibril menemui Rasulullah SAW.
Malaikat Jibril menyampaikan salam Allah kepada Rasulullah, yang dijawabnya dengan "Huwas salaam, waminhus salam wa ilaihi yar'jius saalaam." (Dialah salam, daripada-Nya salam, dan kepada-Nya kembali salam).
"Allah bertanya kepadamu, hai Muhammad," kata Malaikat Jibril. "Apakah engkau yang menciptakan hamba - hamba Allah ?"
Rasulullah kaget mendengar pertanyaan itu, beliau kemudian menjawab; "Sebaliknya, Allah lah yang menciptakan diriku dan menciptakan mereka."
"Allah bertanya lagi, apakah engkau yang berkuasa dan memberi rezeki kepada mereka ?"
"Sama sekali tidak, Allah yang memberi rezeki kepada mereka dan kepadaku."
"Kata Allah, apakah engkau yang menerima tobat dan menghapuskan segala kesalahan?" kata Malaikat Jibril lagi.
"Tidak. Allah yang memiliki kuasa itu," jawab Rasulullah.
"Allah berfirman kepadamu," lanjut Malaikat Jibril, "Telah kukirimkan salah seorang hamba-Ku kepadamu, dipaparkan dosa - dosanya dengan menyesal. Mengapa kau malah memalingkan muka darinya ? Bagaimana nanti seandainya datang kepadamu hamba - hamba-Ku yang lain sambil memikul tumpukan dosa mereka yang menggunung ? Engkau kuutus agar menjadi rakhmat bagi seluruh alam. Jangan kau terlantarkan harapan hamba-Ku yang tergelincir kakinya karena dosa."
Mendapat teguran langsung dari Allah tersebut, Rasulullah menjadi sadar akan kekeliruannya. Namun juga sangat gembira, karena berarti umatnya benar - benar dikasihi Allah dengan ridha dan ampunan-Nya.
Kemudian Rasulullah memerintahkan para sahabat untuk mencari pemuda itu.
Setelah beberapa lama para sahabat itu mencari - cari, akhirnya mereja menemukan pemuda itu tengah bersujud dengan keadaan yang terlihat menyedihkan. Para sahabat itu memberi kabar bahwa dosa - dosanya telah diampuni. Kemudian diajaknya pemuda itu untuk menghadap Rasulullah.
Saat itu Rasulullah tengah melaksanakan shalat Magrib. Kemudian para sahabat, dan juga pemuda itu, berbaris, makmum dibelakangnya. Tatkala Rasulullah sedang membaca surat Attakatsur, setelah Alfatihah. Tiba - tiba pada ayat "hatta zurtumul maqaabir" terdengar jeritan anak muda itu.
Setelah selesai sholat, Rasulullah dan para sahabat mengerumuni pemuda itu. Ternyata dia telah menghembuskan nafas, menghadap ke hadirat Allah Yang Maha Penyayang.
Menurut riwayat tersebu, diterima tobat anak muda itu dan diampuni dosa - dosanya. Dalam Al Quran dikumandangkan tentang kasih sayang Allah, yang ditegaskan melalui surat Al Baqarah ayat 222 ; "Sungguh Allah mencintai para durjana yang tobat, dan Allah mencintai orang - orang yang bersih."